doraemon

doraemon

Rabu, 30 September 2015

Bisakah Pria Dan Wanita Cuma Bersahabat Saja?

Seseorang pernah bertanya, “Gimana cara ngebedain teman cowo yang best friend dengan yang mau lebih?” Jawaban saya seperti biasa pendek nyebelin, “Pria yang 1000% best friend pun ga akan nolak kalo dikasih ‘lebih’..” Karena persahabatan pria ke wanita itu seperti sebuah game di mobile gadgets: walau dimainkan santai tanpa ada tujuan, semua pria pasti suka jika bisa masuk bonus stage atau meraih level kejutan. Jadi, bisakah keduanya cuma bersahabat saja tanpa perasaan tertarik dsb?

JAWABAN PENDEK: Tidak Bisa!

Biasanya saya memukul kepala orang yang belajar cinta dari kisah Hollywood, tapi ucapan Harry di film When Harry Met Sally kali ini sangat tepat, “Men and women can’t be friends because the sex part always gets in the way.” Ada empat alasannya, saya jelaskan berikut ini dengan singkat:
  • Karena pria dangkal. Walau awalnya murni bersahabat, pria (biasanya) tidak akan menolak jika melihat ada kesempatan untuk meraih/diberikan bonus lebih.. apalagi jika minim atau tidak ada syarat.
  • Karena pria (biasanya) bersahabat hanya dengan wanita yang menarik hati. Untuk apa bersahabat dengan wanita yang tidak menarik, karena pria sudah punya segudang sahabat yang tidak menarik hatinya: teman-teman pria!
  • Karena pria (biasanya) bersahabat dengan wanita atas dasar ketertarikan, sedangkan wanita (biasanya) bersahabat dengan pria atas dasar kenyamanan. Wajarlah sang pria jadi duluan memelihara perasaan dan harapan lebih, baik diakui maupun dipendam.
  • Karena ada faktor sexual chemistry yang sewaktu-waktu bisa teraktivasi. Sedikit saja cipratan biokimia tubuh bisa memicu berbagai ekspektasi romansa, dan pria (biasanya) pihak yang lebih sensitif akan isu seksualitas ini.

JAWABAN PANJANG: Tidak Bisa, Kecuali …

Seperti Anda bisa lihat di bagian sebelumnya, jelas faktor kunci yang membuat pria-wanita tidak bisa terus murni bersahabat adalah sang pria. Sebagai wanita, Anda merasa nyaman saja bersahabat dengan pria selama bertahun-tahun tanpa memiliki minat romansa sedikit pun. Kalaupun romansa sempat sedikit terlintas atau digoda oleh teman wanita lainnya, Anda bisa dengan mudah membunuh getar itu dengan alasan, “Engga ah, itu bisa merusak persahabatan!” Lagipula, untuk apa memikirkan cinta yang beresiko merusak persahabatan, jika sesungguhnya ada banyak tawaran romansa lainnya dari pria-pria baru di luar sana?
Keamanan dan kenyamanan itulah yang membuat wanita secara psikologis bisa mematikan seleranya pada sahabat-sahabat pria. Dalam kajian psikologi evolusi, wanita adalah makhluk sosial yang senantiasa mengelilingi dirinya dengan banyak sahabat pria agar lebih terlindung dari bahaya. Itu sebabnya wanita bisa santai menjalani hubungan platonik (keintiman emosional tanpa keintiman romantik/seksual). Resiko kehilangan sahabat pria baik lebih merugikan daripada resiko salah mencintai; kehilangan sahabat membuatnya merasa kehilangan, bodoh dan rugi. Sementara kalau salah mencintai, dia merasa tetap aman karena punya sahabat-sahabat pria yang senantiasa membela mengingatkan dirinya tidak bodoh atau rugi.
Sedangkan pria, ‘makhluk satu dimensi yang dangkal, dingin, kasar, dan senantiasa dibodohi testosteron mereka’, memiliki sistem psikologi yang agak berbeda. Sebagai wanita, Anda bisa curhat masalah ke sahabat wanita lainnya, mereka akan menyimak serta berkomentar kesana kemari, merasa akrab senasib sepenanggungan, lalu pulang dan saling menggosip satu sama lainnya. Tapi jika Anda curhat pada sahabat pria, itu membangkitkan gairah kejantanannya untuk melindungi dan memberikan solusi. Keakraban, kehangatan, kelembutan, dan permintaan tolong Anda membuatnya merasa spesial, dicari, diinginkan, dihormati, dibutuhkan. Tambahkan sedikit kontak fisik seperti tepukan atau cubitan kecil saja, insting sang pria akan menyala terang seperti lampu pohon natal. Wajar dia ‘tertipu’ hasratnya sendiri untuk menginginkan Anda lebih jauh dan lebih banyak.. apalagi jika Anda memang terlihat cantik/menarik.
Persahabatan pria dan wanita adalah comfort zone yang sulit bertahan platonik untuk waktu lama, walau bisa saja awalnya murni demikian. Wanita ingin santai selamanya dalam comfort zone, pria justru gatal menggunakan comfort zone sebagai batu loncatan untuk ke zona-zona lainnya. Wanita melihat kenyamanan, pria melihat kesempatan.
Itulah yang akan normalnya terjadi, kecuali… sang wanita jelek.
Content continue below...
Jelek yang saya maksud bukan “Ih ada jerawat baru, aku jadi jelek!” yang sering dikeluhkan wanita. Bukan juga dalam artian, “Aku pemalas, emosian, cepet nyerah, banyak deh sifat jelek aku!” Jelek yang saya maksud adalah gagal menggairahkan secara visual maupun biologis. Ini pun sebenarnya standar yang sulit dipenuhi, karena orang jelek pun tetap ada peminatnya. Intinya sama seperti poin sebelumnya: dia tidak bergairah melihat Anda. Titik.
Sepanjang Anda masih punya secuil poin yang sahabat pria Anda anggap menggairahkan, dia tidak akan selamanya memandang Anda hanya sebagai sahabat wanita. Tinggal masalah waktu, dan keberanian untuk mengakui. Jika tidak ada pengakuan (baca: para pria itu menahan mati-matian), persahabatan platonik tersebut akan terus berjalan normal senormal-normalnya, dan Anda memaki, “Hahahaha, Lex salah, kita murni temanan kok.. percuma teori-teori ngejelimet loe, dasar sok tau!”

JAWABAN PENELITIAN: Tidak Bisa Karena …

University of Wisconsin-Eau Claire mengumpulkan 88 pasang sahabat pria-wanita, menaruh mereka di ruangan yang terpisah, dan mewawancarai masing-masing dengan puluhan pertanyaan tajam brutal tentang ketertarikan pada sahabatnya. Hasil penelitian berjudul itu dipublikasikan dalam Journal of Social and Personal Relationships bulan April 2012, menegaskan bahwa pria-wanita memiliki ekspektasi dan sistem perilaku yang berbeda dalam persahabatan persis yang saya tuliskan di atas.
Anda bisa baca publikasinya yang berjudul Benefit or Burden? Attraction in Cross-Sex Friendship, tapi karena saya tahu Anda malas, berikut adalah kutipan poin-poinnya:
  • Pria punya ketertarikan/minat yang jauh lebih besar pada sahabat wanitanya, dibanding wanita pada sahabat prianya.
  • Pria lebih sering merasa/berpikir sahabat wanitanya tertarik padanya, dibanding wanita merasa tentang sahabat prianya.
  • Merasa sahabat wanitanya tertarik, pria sering menyambung-nyambung/mengartikan perilaku sahabat wanitanya sebagai tanda tertarik.
  • Pria sering mengasumsikan bahwa sahabat wanitanya juga memiliki perasaan/ketertarikan yang sama seperti dirinya.
  • Wanita jarang bisa tertarik pada seorang sahabat dekat, dan berasumsi pria juga punya sikap yang sama sepertinya.
  • Alhasil timbullah pola sosial ini: pria overestimated ketertarikan yang dirasakan oleh sahabat wanitanya dan wanita underestimated ketertarikan yang dirasakan oleh sahabat prianya.
  • Persahabatan terus berlanjut dengan salah satu (atau kadang keduanya) menahan atau menyembunyikan ketertarikannya.
Anda boleh membantah sekuat tenaga, tapi fakta penelitian sampai detik ini menyatakan pria dan wanita tidak bisa terus murni bersahabat tanpa (salah satu jadi) suka-sukaan. Kalaupun Anda punya bukti-bukti pengalaman sendiri, itu adalah secuil pengecualian atau mungkin juga sang sahabat pria tidak berani mengakui pernah punya getar-getar cinta. Api itu pasti pernah ada, tapi soal dipelihara, sudah ditolak atau disangkal mati-matian.. itu lain cerita.

Sumber: http://kelascinta.com/romansa/bisakah-pria-dan-wanita-cuma-bersahabat-saja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar